Kamis, 15 Januari 2009

PESTISIDA NABATI SKALA RUMAH TANGGA

Mengenal Pestisida Nabati Skala Rumah Tangga untuk Mengendalikan Hama Tanaman

Berkembangnya penggunaan pestisida sintesis (menggunakan bahan kimia sintetis) yang dinilai praktis oleh para pencinta tanaman untuk mengobati tanamannya yang terserang hama, ternyata membawa dampak negatif bagi lingkungan sekitar bahkan bagi penggunanya sendiri. Catatan WHO (Organisasi Kesehatan Dunia mencatat bahwa di seluruh dunia setiap tahunnya terjadi keracunan pestisida antara 44.000 - 2.000.000 orang dan dari angka tersebut yang terbanyak terjadi di negara berkembang. Dampak negatif dari penggunaan pestisida diantaranya adalah meningkatnya daya tahan hama terhadap pestisida, membengkaknya biaya perawatan akibat tingginya harga pestisida dan penggunaan yang salah dapat mengakibatkan racun bagi lingkungan, manusia serta ternak.

Cukup tingginya bahaya dalam penggunaan pestisida sintetis, mendorong usaha untuk menekuni pemberdayaan pestisida alami yang mudah terurai dan tidak mahal. Penyemprotan terhadap hama yang dapat mengakibatkan rasa gatal, pahit rasanya atau bahkan bau yang kurang sedap ternyata dapat mengusir hama untuk tidak bersarang di tanaman yang disemprotkan oleh pestisida alami. Oleh karena itu jangan heran bila penggunaan pestisida alami umumnya tidak mematikan hama yang ada, hanya bersifat mengusir hama dan membuat tanaman yang kita rawat tidak nyaman ditempati.

Bahan yang digunakan pun tidak sulit untuk kita jumpai bahkan tersedia bibit secara gratis. Contohnya seperti tanaman bunga kenikir yang masih dapat di temui ditanah-tanah kosong pada daerah yang cukup tinggi.. Jenis lain yang digunakan pun harus sesuai dengan karakter dari bahan yang akan digunakan serta karakter dari hama yang ada. Seperti peribahasa, tak kenal maka tak sayang, sehingga menjadi: tak kenal bahan dan jenis hama maka tak dapat mengusir dan mengendalikan hama. Bahan lainnya adalah kunyit, sereh, bawang putih, daun jatropa, daun diffen, jenis rempah-rempah dan lainnya.

Dosis yang digunakan pun tidak terlalu mengikat dan beresiko dibandingkan dengan penggunaan pestisida sintesis. Untuk mengukur tingkat keefektifan dosis yang digunakan, dapat dilakukan eksperimen dan sesuai dengan pengalaman pengguna. Jika satu saat dosis yang digunakan tidak mempunyai pengaruh, dapat ditingkatkan hingga terlihat hasilnya. Karena penggunaan pestisida alami relatif aman dalam dosis tinggi sekali pun, maka sebanyak apapun yang diberikan tanaman sangat jarang ditemukan tanaman mati. Yang ada hanya kesalahan teknis, seperti tanaman yang menyukai media kering, karena terlalu sering disiram dan lembab, malah akan memacu munculnya jamur. Kuncinya adalah aplikasi dengan dosis yang diamati dengan perlakuan sesuai dengan karakteristik dan kondisi ideal tumbuh untuk tanamannya.

Selain harus mengenal karakter dari bahan yang akan digunakan, karakter hamanya sendiri pun harus diperhatikan dengan baik. Dengan mencari informasi karakter hidup hama, mendengarkan dari pengalaman orang lain serta mengamati sendiri, kita dapat mencari kelemahan dari hama tersebut. Contohnya untuk kutu yang menempel kuat di batang atau daun dapat diatasi dengan menggunakan campuran sedikit minyak agar kutu tidak dapat menempel. Selain itu, untuk semut yang menyukai cairan manis pada tanaman, dapat disemprotkan air sari dari daun yang sifatnya pahit seperti daun pepaya, daun diffen, dan lainnya.

Berikut beberapa contoh hama dan pestisida alaminya:

1. Kutu Putih pada daun atau batang. Dapat digunakan siung bawang putih yang ditumbuk dan diperas airnya serta dicampurkan dengan air sesuai dosis yang diperlukan. Jika kutu melekat erat pada tanaman, dapat digunakan campuran sedikit minyak kelapa. Semprotkan campuran tersebut pada tanaman yang terserang hama.

2. Tikus. Buah jengkol dapat ditebarkan di sekitar tanaman atau di depan lubang sarang tikus. Atau dengan merendam irisan jengkol pada air selama 2 hari. Lalu semprotkan pada tanaman padi yang belum berisi akan menekan serangan walang sangit.

3. Berbagai serangga. Air rebusan cabai rawit yang telah dingin dan dicampur dengan air lagi serta disemprotkan ke tanaman akan mengusir berbagai jenis serangga perusak tanaman.

4. Aphids. Air rebusan dari campuran tembakau dan teh dapat mengendalikan aphid pada tanaman sayuran dan kacang-kacangan. Air hasil rebusan di campurkan kembali dengan air sehingga lebih encer.

5. Berbagai serangga. Air rebusan daun kemangi atau daun pepaya yang kering ataupun yang masih segar, dapat disemprotkan ke tanaman untuk mengendalikan berbagai jenis serangga.

6. Nematoda akar. Dengan menggunakan bunga kenikir (Bunga Tahi Kotok) yang direndamkan oleh air panas mendidih. Biarkan semalam lalu saring. Hasil saringan tersebut disiramkan ke media tanaman. Penting diperhatikan media yang digunakan mudah dilalui oleh air.

7. Mengendalikan serangga, nematoda dan jamur. Dengan membuat air hasil rendaman tumbukan biji nimba dengan air selama tiga hari. Lalu siram pada tanaman, umumnya efektif pada tanaman sayuran.

Banyak resep yang dapat ditemukan dari pengalaman. Selain itu, perhatikan teknis saat memberikan pestisida alami. Perhatikan curah hujan dan saat penyemprotannya. Usahakan menyemprot setelah hujan agar tidak luntur oleh air hujan. Selamat mencoba. n

Chevi Budi
Kelompok ABS Indonesia

Note: Data jenis pestisida alami dari berbagai sumber.

PESTISIDA NABATI

"Hit and Run", Gaya Pestisida Nabati


Satu lagi komponen penting dari konsep pertanian organik ramah lingkungan, yakni pembasmian hama dan penyakit tanaman dengan pestisida nabati.

PEMBASMIAN hama dengan cara pestisida nabati bukanlah konsep baru yang dipicu oleh maraknya pertanian organik akhir-akhir ini. Namun upaya ini telah ada sejak dulu, pestisida nabati lahir dari kearifan nenek moyang kita dalam menyikapi mewabahnya hama dan penyakit tanaman.

Sayangnya, ketika produk kimia beredar luas di pasaran, cara bijak itu pun dikesampingkan. Memang pestisida sintetis ini memiliki keunggulan dalam hal kecepatan dan efektivitasnya, namun efeknya yang bisa meracuni lingkungan mengembalikan kesadaran kita untuk memanfaatkan unsur-unsur dari alam dalam membasmi organisme pengganggu tanaman (OPT) tersebut.

Sejauh ini pemakaian pestisida nabati aman bagi manusia, hewan, dan lingkungan. Inilah keunggulan pestisida nabati yang sifatnya hit and run (pukul dan lari), yaitu bila diaplikasikan akan membunuh hama pada saat itu juga dan setelah itu residunya akan cepat menghilang/terurai di alam. Karena sifatnya yang mudah terdegradasi ini pestisida nabati harus sering disemprotkan pada tanaman.

Alam memang telah menyediakan bahan-bahan pestisida tersebut. Berbagai penelitian membuktikan beberapa tanaman mampu membasmi atau mengusir hama dan penyakit tanaman, bahan-bahan alamiah tersebut hadir dalam jaringan tumbuhan seperti daun, bunga, buah, kulit dan kayunya.

Tercatat ada 2.400 jenis tumbuhan yang termasuk ke dalam 234 famili dilaporkan mengandung bahan pestisida (Ir. Agus Kardinan, MS, Pestisida Nabati, Ramuan & Aplikasi, 1999). Tumbuh-tumbuhan ini dikelompokkan ke dalam: tumbuhan insektisida nabati, tumbuhan atraktan, tumbuhan rodentia nabati, tumbuhan moluskisida nabati dan tumbuhan pestisida serba guna.

Tumbuhan insektisida nabati adalah pengendali hama serangga. Contoh tumbuhan ini di antaranya piretrum (krisan), babadotan, bengkuang, bitung, jeringau, saga, serai, sirsak dan srikaya. Kemudian tumbuhan antraktan (pemikat) yang mampu menghasilkan bahan kimia menyerupai feromon. Di antara jenis tumbuhan ini adalah daun wangi (Melaleuca bracteata L.) serta selasih.

Sementara tumbuhan yang bisa digunakan sebagai pengendali roden (tikus, babi dll) adalah gadung KB dan gadung racun. Untuk jenis tumbuhan moluskisida nabati atau pembasmi moluska bisa dipakai tefrosia, tuba, dan sembung. Sementara pestisida serba guna (insektisida, fungisida, bakterisida, moluskisida, nematisida, dll) bisa diwakili oleh jambu mete, lada, nimba, mindi, tembakau, dan cengkih.

Untuk menghasilkan bahan pestisida nabati siap pakai dapat dilakukan secara sederhana. Pertama, dengan teknik penggerusan, penumbukan, pembakaran, atau pengepresan untuk menghasilkan produk berupa tepung, abu, atau pasta. Kedua, dengan teknik rendaman untuk menghasilkan produk ekstrak. Ketiga, dengan cara ekstraksi menggunakan bahan kimia.

Pestisida nabati dapat dibuat secara sederhana dan mudah dengan biaya murah sehingga dapat menekan biaya produksi pertanian. Dari pengalaman beberapa petani, pemakaian pestisida nabati bisa menekan ongkos produksi sampai 40%.

Mengapa beberapa tumbuhan bisa bersifat pestisida? Ini terletak pada zat aktif yang dikandung tanaman tersebut. Sebagai gambaran adalah tanaman nimba (Azadirachta indica). Tanaman ini mengandung bahan aktif azadirachtin, meliantriol, salannin, dan nimbi. Kombinasi bahan aktif ini disinyalir mampu mengurangi serangan ulat tanah Agrotis epsilon, belalang, aphids, dan ulat grayak Spodopthera exigua. Nimba mempengaruhi reproduksi, penolak, penarik, antimakan, dan menghambat perkembangan hama serangga. Total ada sekitar 40 jenis serangga yang bisa ditanggulangi nimba ini.

Di balik kecantikan bunga krisan (Chrysantemum cinerariaefolium) ada potensi untuk mengganyang hama lalat. Rahasianya terletak pada zat piretrin yang bersifat racun. Sebanyak 25 g serbuk krisan yang dilarutkan dalam 10 l air, kemudian dicampur dengan 10 cc deterjen cair atau sabun colek. Setelah diendapkan semalam dan disaring kain halus, semprotan larutan ini mampu membunuh hama kubis dalam 24 jam.

Zat aktif piretrinnya mampu merusak sistem saraf hama. Zat itu bekerja sangat cepat (rapid in action) dan menimbulkan gejala kelumpuhan yang mematikan.
Semprotan air perasan daun picung, suren, dan biji nimba bisa menjadi alternatif dalam mengusir wereng.

Menurut literatur, picung (Pangium edule) mengandung minyak atsiri beracun yang digunakan sebagai insektisida nabati. Sementara suren (Toona sureni) kaya akan kandungan surenon, surenin, dan surenolakton yang berperan sebagai penghambat pertumbuhan, insektisida, dan antifeedant (penghambat daya makan) terhadap larva serangga. Bahan ini juga terbukti sebagai repellant (pengusir) nyamuk.

Nimba, bunga krisan, picung, dan suren hanya sebagian dari jajaran "si pembasmi kejahatan" itu. Tentunya masih banyak lagi dan tidak akan cukup untuk diuraikan dalam tulisan pendek ini, sebagai pengetahuan beberapa tumbuhan itu didaftar di bawah ini. (Dede Suhaya/dari berbagai sumber)***

Si Penebar Maut Itu


DAUN brotowali bisa mengatasi lalat buah, bila ditambah kecubung wulung dapat mengendalikan ulat grayak atau hama penggerek batang.

Nimba pembasmi ulat tanah Agrotis sp, belalang, aphids, dan ulat grayak

Daun mimba dan sirih mengatasi antraknosa pada cabe merah

Larutan/parutan jahe, cengkeh untuk mengusir serangga, mengatasi Plutella xylostella pada kubis

Umbi bawang putih dan bawang merah bisa mengendalikan serangan ngengat dan kupu-kupu, Alternaria porii, dan layu fusarium.

Daun mindi mengatasi ulat grayak Spodoptera sp. dan ulat daun Plutella xylostella

Daun cocor bebek menanggulangi larva ulat daun Plutella xylostella

Daun dan biji suren bisa membasmi walangsangit, hama daun Eurema sp

Akar dan daun serai wangi ampuh terhadap aphids dan tungau

Daun babadotan membasmi ulat

Daun cengkih sebagai fungisida

Umbi gadung memberantas aphids, tikus

Buah maja untuk mengusir walangsangit

Buah mengkudu sebagai larvasida

Kulit batang pasak bumi musuhnya lalat buah

Daun tembakau ampuh terhadap aphids

Teh basi untuk mengusir semut.


PUPUK ORGANIK

PENDAHULUAN

Selama ini para petani telah banyak memanfaatkan bahan organik sebagai pupuk di
lahan pertanian, karena bahan tersebut merupakan bahan yang cepat melapuk. Salah satu
contoh bahan organik yang digunakan antara lain kotoran hewan (sapi, kambing, ayam, dll)
dan limbah pertanian. Dengan munculnya berbagai pupuk alternatif dan untuk menunjang
pembangunan pertanian yang ramah lingkungan, maka scat ini digalakan pemanfaatan
limbah pertanian sebagai bahan pembuatan pupuk organik, bahkan beberapa petani/swasta
telah mencanangkan adanya pertanian organik. Pada saat ini banyak dijumpai berbagai merk
dagang pupuk organik yang dijual dipasaran. Pupuk organik dapat berupa pupuk kandang,
kompos dan campuran keduanya. Kunci pokok dalam pemilihan pupuk kandang adalah
tingkat kematangan, perbandingan Carbon dan Nitrogen (C/N) dan kandungan unsur hara.
Pupuk kandang selain berfungsi untuk memperbaiki sifat tanah juga sebagai sumber unsur
hara walaupun dalam jumlah kecil. Dengan sifat fisik tanah yang balk, maka tanaman
menjadi lebih subur karena leluasa dalam pengambilan unsur hara. Sedangkan kelebihan
kompos yang dibuat dengan memanfaatkan aktif atau mikroba adalah mengandung mikroba
yang berfungsi untuk melindungi tanaman dari serangan hams dan penyakit. Beberapa
contoh kompos yang dibuat dengan menggunakan mikroba decomposer/pengurai antara
lain: Bokashi, Fine Compost dan Kompos Bioaktif. Dari hasil percobaan yang telah dilakukan
oleh IP2TP Jakarta selama + 3 minggu menunjukkan data bahwa C/N ratio dari

- Fine Compost 26
- Kompos Bioaktif 20

Sedangkan pads Bokashi Arang Sekam setelah disimpan selama 4 minggu C/N
rationya sebesar 20.

Bokashi adalah pupuk organik hasil fermentasi bahan organik dengan menggunakan
MOL, (yang dimaksud dengan MOL (Mikro Organisme Lokal) yaitu suatu campuran mikro organisme yang bermanfaat untuk meningkatkan keaneka-ragaman mikroba dari tanah maupun tanaman, serta berfungsi untuk meningkatkan kesehatan tanah, pertumbuhan dan produksi tanaman).
Disekitar lingkungan kita banyak bahan organik yang dapat digunakan sebagai bahan utama untuk pembuatan bokashi, antara lain jerami, pupuk kandang, arang sekam, pupuk hijau, serbuk
gergaji dan lain-lain. Pupuk organik ini telah banyak diusahakan oleh perorangan maupun
swasta, bahkan sudah banyak dipasarkan di sekitar wilayah Jakarta.

Beberapa macam bokashi antara lain bokashi jerami, bokashi pupuk kandang dan bokashi ekspres. Sedangkan cars pembuatan masing-masing bokashi tersebut seperti yang dijelaskan berikut ini:

BOKASHI JERAMI

Bahan - Bahan:
· Jerami padi 1 bagian
· Bekatul 1 bagian
· Sekam padi 1 bagian
· MOL 4 10 s/d 20 cc
· Molase 10 s/d 20 cc
· Air 10 liter

Cara Pembuatan:
· Buat formula dasar dengan mencampur air, molase dan MOL.
· Campurkan semua jerami padi, sekam dengan formula dasar, kemudian tambahkan
bekatul, sambil diaduk rata dengan tingkat kebasahan 50% (bila diremas dengan tangan,
air tidak sampai menetes ).
· Fermentasikan bahan campuran tersebut pads karung goni dan diletakkan diatas jerami
(untuk mencegah basah dari lantai), kemudian dilipat dan
· Setelah 5 jam suhunya diukur, apabila suhu mencapai 40°-50°C, bahan campuran harus
diaduk dan diratakan untuk menurunkan suhu (pengukuran suhu dilakukan setiap 5 jam
sekali).
· Bokashi yang baik akan terbentuk setelah 3 - 4 hari fermentasi, ciri-cirinya suhunya stabil
dan berbau sedap.

BOKASHI PUPUK KANDANG

Bahan-bahan
· Pupuk kandang 1 bagian
· Bekatul 1 bagian
· Sekam 1 bagian
· MOL 10 – 20 cc
· Molase 10 – 20 cc
· Air 10 liter

Cara Pembuatan
Proses pembuatan bokashi pupuk kandang sama dengan proses pembuatan bokashi
jerami.

BOKASHI EKSPRES

Bahan-bahan
· Jerami kering 10 bagian
· Bokashi pupuk kandang 1 bagian
· Bekatul 0.5 bagian
· MOL 10 – 20 cc
· Molase 10 – 20 cc
· Air 10 liter

Cara Pembuatan
· Campurkan air, MOL dan molase sebagai formula dasar.
· Basahkan jerami dengan formula dasar.
· Tambahkan bekatul dan bokashi, kemudian letakkan diatas lantai setinggi 20 - 30 cm
selanjutnya ditutup dengan karung goni.
· Setelah 18 jam diaduk untuk menstabilkan suhunya dan ditutup lagi selama 6 jam.
· Apabila campuran tersebut suhunya masih tinggi, diaduk lagi untuk menurunkan suhu.
· Proses pembuatan bokashi ekspres hanya memakan waktu 1 hari.

FINE COMPOST

Fine compost adalah pupuk organik yang dibuat dari limbah pertanian yang proses
dekomposisinya menggunakan stardec. Pupuk ini bebas dari biji-biji gulma, bakteri
pathogenik dan tidak berbau busuk.

Bahan-bahan
· Jerami/rumput/hijauan lain (60 kg)
· Pupuk kandang (40 kg)
· Stardec 1/4 kg

Cara Pembuatan
· Tempatkan bahan kompos tersebut pada tempat yang terlindung dari sinar matahari/
hujan dan aduk hingga merata.
· Taburkan stardec hingga merata pada bahan kompos dan simpan dengan ketinggian
minimal 100 -150 cm. Selama proses pengomposan bahan tersebut harus tetap basah
(kadar air 50 -60 %).
· Pembalikan dilakukan satu minggu sekali dan proses ini memerlukan waktu 3 minggu.

KOMPOS BIOAKTIF

Pupuk organik kompos bioaktif ini dibuat dari limbah pertanian padat (tandan kosong
kelapa sawit, sisa pangkasan teh, kulit buah kakao, jerami padi, batang jagung, dll.) yang
proses dekomposisinya menggunakan orgadec. Orgadec adalah aktivator pelapukan, bukan
penghancur sehingga hasil pengomposan tidak hancur dan banyak dipergunakan oleh
perkebunan besar.

Bahan - bahan:
· Bahan organik segar dicacah dengan ukuran 2,5 - 5 cm dengan volume minimal 1 m3
(jika menggunakan jerami sebanyak 100 -200 kg).
· Untuk 100 kg bahan organik lunak (jerami/batang jagung/dawn/rumput) diperlukan
orgadec sebanyak 1/2 kg, sedangkan 100 kg bahan berkayu diperlukan 1/4 kg orgadec.

Cara Pembuatan
· Aduk orgadec dengan bahan organik secara merata.
· Masukkan'/4 m3 ke dalam kotak berfentilasi kemudian disiram air sampai kadar air
mencapai 50%, masukkan lagi '/a bagian dan siram air lagi, begitu seterusnya hingga
mencapai ketinggian 100 cm. Simpan bahan kompos ini ditempat yang terlindung dari
sinar matahari dan hujan, serta hindari kontak langsung dengan tanah.
· Tutuplah tumpukan bahan kompos tersebut dengan lembaran plastik transparan, biarkan
selama 2-4 minggu. Pembalikan kompos dilakukan setelah dua minggu, ditandai dengan
terjadinya penyusutan volume kurang dari 20%.

Ciri-ciri pupuk organik yang baik
· Warna coklat kehitaman
· Suhu awal relatif sama dengan akhir dari pengomposan
· Volume minimal menyusut 20
· Berbau harum dan tidak menyengat
· Analisis C/N rationya kurang 30.

TEKNIK PEMBUATAN
PUPUK ORGANIK BOKASHI DARI BBPP LEMBANG

Bokashi adalah hasil fermentasi bahan organik (jerami, sampah organik, pupuk kandang dan lain-lain) dengan teknologi MOL yang dapat digunakan sebagai pupuk organik untuk menyuburkan tanah dan meningkatkan pertumbuhan tanah dan produksi tanaman. Bokashi dapat dibuat dalam beberapa hari dan bisa langsung digunakan sebagai pupuk

Cara Pembuatan Bokashi Pupuk Kandang

Bahan-bahan :

· Pupuk kandang : 300 Kg

· Dedak : 50 Kg

· Sekam : 150 Kg

· Larutan gula/molase : 200 ml/20 sdm

· MOL : 500 ml/50 sdm

· Air secukupnya.

Cara Pembuatan :

· Larutkan MOL dan Gula kedalam air

· Pupuk kandang, sekam, dan dedak dicampur secara merata

· Siramkan MOL secara perlahan-lahan kedalam adonan secara merata sampai kandungan air adonan mencapai 30% Bila adonan dikepal dengan tangan, air tidak menetes dan bila kepalan tangan dilepas maka adonan mudah pecah (megar).

· Adonan digundukan diatas ubin yang kering, dengan ketinggian minimal 15 - 20 cm, kemudian ditutup dengan karung goni selama 4 - 7 hari

· Pertahankan suhu gundukan adonan maksimum 500C. Bila suhunya lebih dari 500C, turunkan suhunya dengan cara dibolak-balik, kemudian tutup kembali dengan karung goni. Suhu yang tinggi dapat mengakibatkan bokashi menjadi rusak karena terjadi proses pembusukkan. Pengecekan suhu sebaiknya dilakukan setiap 5 jam sekali.

· Setelah 4 - 7 hari bokashi telah selesai terfermentasi dan siap digunakan sebagai pupuk organik.


Alamat :
Sekretariat Kelompok Agrobisnisplus Subang (ABS) Indonesia
Rt 10/04 Desa Cicadas, Kec. Binong, Kab. Subang Jawa Barat
HP. 081395437419 / 0818869736 (Chevi Budi)
Email : abs.kelompok@gmail.com
http://www.kelompokabs.webs.com

PUPUK ORGANIK

TEKNIK PEMBUATAN BOKASHI

Bokashi adalah hasil fermentasi bahan organik (jerami, sampah organik, pupuk kandang dan lain-lain) dengan teknologi MOL (Mikroorgamisme Lokal) yang dapat digunakan sebagai pupuk organik untuk menyuburkan tanah dan meningkatkan pertumbuhan tanah dan produksi tanaman. Bokashi dapat dibuat dalam beberapa hari dan bisa langsung digunakan sebagai pupuk

Cara Pembuatan Bokashi Pupuk Kandang

Bahan-bahan :

· Pupuk kandang : 300 Kg

· Dedak : 50 Kg

· Sekam : 150 Kg

· Larutan gula/molase : 200 ml/20 sdm

· EM4 : 500 ml/50 sdm

· Air secukupnya.

Cara Pembuatan :

· Larutkan MOL dan Gula kedalam air

· Pupuk kandang, sekam, dan dedak dicampur secara merata

· Siramkan MOL secara perlahan-lahan kedalam adonan secara merata sampai kandungan air adonan mencapai 30% Bila adonan dikepal dengan tangan, air tidak menetes dan bila kepalan tangan dilepas maka adonan mudah pecah (megar).

· Adonan digundukan diatas ubin yang kering, dengan ketinggian minimal 15 - 20 cm, kemudian ditutup dengan karung goni selama 4 - 7 hari

· Pertahankan suhu gundukan adonan maksimum 500C. Bila suhunya lebih dari 500C, turunkan suhunya dengan cara dibolak-balik, kemudian tutup kembali dengan karung goni. Suhu yang tinggi dapat mengakibatkan bokashi menjadi rusak karena terjadi proses pembusukkan. Pengecekan suhu sebaiknya dilakukan setiap 5 jam sekali.

· Setelah 4 - 7 hari bokashi telah selesai terfermentasi dan siap digunakan sebagai pupuk organik.

KEGIATAN P3TIP/FEATI di Desa Cicadas Kec. Binong Kab. Subang Jawa Barat



Awal tahun 2009 tepatnya tanggal 15 Januari , Unit FMA Desa Cicadas Kec Binong Kab Subang Jawa Barat melaksanakan Program Pemberdayaan Petani melalui Teknologi dan Informasi Pertanian (P3TIP) dengan tema

"PELATIHAN TEKNIS FASILITASI YANG PARTISIPATIF KEGIATAN FEATI". Kegiatan ini dirancang sampai dengan tahun 2011. Program ini dirancang untuk mewujudkan sistem penelitian dan penyuluhan pertanian yang mampu memenuhi kebutuhan petani (dari petanim oleh petani dan untuk petani) dalam menghadapi perkembangan ekonomi global.

Program Pemberdayaan Petani melalui Teknologi dan Informasi Pertanian (P3TIP) yang bertujuan untuk mengembangkan sumber daya manusia (SDM) pertanian melalui pengembangan teknologi dan informasi. Untuk mencapai hal tesebut di atas merancang arsitektur yang mampu menjadi wahana penyampaian teknologi maju yang merespon kebutuhan petani. Komponen pengembangan teknologi informasi adalah melakukan design system architecture merupakan perencanaan akan kebutuhan organisasi, erat hubungannya dengan strategi pengembangan sistem dan teknologi informasi.


Pelaksanaan kegiatan DSA untuk P3TIP/FEATI diharapkan dapat mengemas rancangan berkelanjutan muatan teknologi informasi untuk menrapkan e-Petani secara berkelanjutan. FMA Tani Maju merencanakan pengembangan teknologi informasi yang berorientasi pada kebutuhan masyarakat petani, terdiri dari :

1. Pengendalian Hama Terpadu (PHT)

2. Perbanyakan Bakteri Corine

3. Membuat Pupuk Organik

4. Membuat Pestisida Nabati

5. Membuat Aneka Makanan yang berasal dari Beras

yang dilaksanakan pada tanggal 15 - 31 Januari 2009.



TENTANG FEATI

Latar belakang

Penyuluhan pertanian sebagai bagian dari upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan memajukan kesejahteraan umum merupakan hak asasi warga negara Republik Indonesia. Sektor pertanian yang berperan penting dalam pembangunan nasional memerlukan sumberdaya manusia yang berkualitas, andal, serta berkemampuan manajerial, kewirausahaan dalam melaksanakan usahanya. Dengan demikian pelaku pembangunan pertanian mampu membangun usaha dari hulu sampai dengan hilir yang berdaya saing tinggi dan berperan serta dalam melestarikan lingkungan usahanya sejalan dengan prinsip pembangunan berkelanjutan.

Penyuluhan pertanian mempunyai kedudukan yang sangat strategis dalam pembangunan pertanian, khususnya dalam pengembangan kualitas pelaku utama dan pelaku usaha. Penyuluhan pertanian adalah proses pembelajaran bagi pelaku utama serta pelaku usaha agar mereka mau dan mampu menolong dan mengorganisasikan dirinya dalam mengakses informasi pasar, teknologi, permodalan, dan sumberdaya lainnya, sebagai upaya untuk meningkatkan produktivitas, effisiensi usaha, pendapatan dan kesejahteraannya. Sebagai kegiatan pendidikan, penyuluhan pertanian adalah upaya untuk membantu menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif bagi pelaku utama dan keluarganya, serta pelaku usaha.

Salah satu metoda pengembangan kapasitas pelaku utama dilakukan melalui pelaksanaan kegiatan penyuluhan yang dikelola oleh pelaku utama itu sendiri (Farmers Managed Extension Activites /FMA). Metode ini menitikberatkan pada pengembangan kapasitas manajerial, kepemimpinan dan kewirausahaan pelaku utama dalam pengelolaaan kegiatan penyuluhan pertanian.

Dalam metode FMA ini pelaku utama dan pelaku usaha mengidentifkasi permasalahan dan potensi yang ada pada diri, usaha dan wilayahnya, merencanakan kegiatan belajarnya sesuai dengan kebutuhan mereka secara partisipatif dalam rangka meningkatkan produktivitas usahanya guna peningkatan pendapatan dan kesejahteraan keluarganya.

Program Pemberdayaan Petani melalui Teknologi dan Informasi Pertanian (P3TIP) merupakan program yang memfasilitasi kegiatan penyuluhan pertanian yang dikelola oleh petani atau Farmers Managed Extension Activities (FMA) . Melalui kegiatan ini petani difasilitasi untuk merencanakan dan mengelola sendiri kebutuhan belajarnya, sehingga proses pembelajaran berlangsung lebih efektif dan sesuai dengan kebutuhan pelaku utama.

P3TIP akan dilaksanakan di 18 Provinsi, 71 kabupaten dan 3230 desa melalui penyediaan dana hibah untuk kegiatan pembelajaran pelaku utama yang akan dikelola oleh pelaku utama dan pelaku usaha. Kegiatan pembelajaran yang akan difasilitasi P3TIP dimulai di tingkat desa. Proses pembelajaran di tingkat desa dimulai dari kajian desa secara partisipatif sebagai dasar dalam penyusunan perencanaan usaha dan kegiatan belajar yang dilaksanakan dengan difasilitasi oleh penyuluh swadaya yang dipilih dari dan oleh pelaku utama dan pelaku usaha setempat secara demokratis.

Keberhasilan pelaksanaan FMA di tingkat desa akan diperluas ke tingkat kabupaten dan provinsi.

Tujuan

Tujuan umum pelaksanaan FMA adalah untuk meningkatkan kemampuan pelaku utama dan pelaku usaha dalam merencanakan, mengorganisasikan, melaksanakan, memantau dan mengevaluasi kegiatan-kegiatan penyuluhan pertanian dari, oleh dan untuk pelaku utama dan pelaku usaha dalam mengelola usahanya secara optimal dalam rangka peningkatan pendapatan dan kesejahteraan keluarga pelaku utama secara berkelanjutan.

Tujuan khusus pelaksanaan FMA adalah meningkatkan kapasitas pelaku utama dan pelaku usaha dalam :

  1. meng­identifikasi potensi yang dimilikinya, masalah-masalah yang dihadapi dalam pengelolaan usahanya dan alternatif-alternatif pemecahannya;
  2. memilih usaha yang paling menguntungkan serta mengidentifikasi kebutuhan informasi, teknologi dan sarana yang diperlukan untuk mengembangkan usahanya secara berkelanjutan;
  3. membangun keswadayaan, keswadanaan dan ke­pemimpinan pelaku utama dalam penyelenggaraan penyuluh­an pertanian dengan memperhatikan kesetaraan gender;
  4. menumbuhkan dan meningkatkan kemampuan penyuluh swadaya dan organisasi petani (kelompoktani/gapoktan/asosiasi dll) untuk menjamin keberlanjutan penyuluhan dari, oleh, dan untuk pelaku utama dan pelaku usaha dalam pengembangan sistem agribisnis;
  5. menciptakan lingkungan yang mendorong lahirnya fasilitas pembelajaran bagi pelaku utama dan organisasi petani (kelompoktani/gapoktan/asosiasi dll) di tingkat desa, kabupaten dan provinsi dimana para pelaku utama dan pelaku usaha, laki-laki dan perempuan, dapat saling berbagi pengalaman dan juga untuk me­ngembangkan kemitraan diantara mereka serta dengan pihak lainnya;
  6. mengembangkan jejaring kerja dengan sumber-sumber informasi teknologi, pemasaran, permodalan dalam rangka pengembangan usahanya;
  7. mengembangkan kemitraan usaha dengan pihak lain;
  8. memperluas dan mengembangkan usaha kelompoktani/gapoktan/ asosiasi sehingga mencapai skala usaha yang efisien dalam rangka meningkatkan posisi tawar pelaku utama dan pelaku usaha.

Peserta

Peserta FMA adalah pelaku utama dan pelaku usaha, baik yang telah bergabung maupun yang belum bergabung dalam kelompoktani / gapoktan desa / asosiasi di tingkat kabupaten/provinsi (laki-laki dan perempuan, termasuk kelompok masyarakat yang terpinggirkan) yang memiliki usahatani dan bermaksud untuk mengembangkan usahanya menjadi usaha agribisnis yang lebih produktif, dinamis dan berdaya saing tinggi. Disamping itu, yang bersangkutan memiliki keinginan belajar yang tinggi dan bersedia untuk menyebarluaskan pengetahuan, keterampilan yang diperolehnya kepada anggota poktan/gapoktan/asosiasi dan masyarakat di sekitarnya dalam rangka pengembangan usaha agribisnis di wilayahnya.

Ciri-Ciri dan Prinsip Dasar FMA

Ciri-Ciri Proses Pembelajaran

  1. Kegiatan diajukan berdasarkan pada kebutuhan pelaku utama dan pelaku usaha (laki-laki dan perempuan), dan disepakati dalam rembugtani di tingkat desa/ forum organisasi petani di kabupaten/provinsi;
  2. Proses pembelajaran difasilitasi oleh penyuluh swadaya yang berasal dari kalangan pelaku utama dan pelaku usaha;
  3. Kegiatan pembelajaran dilaksanakan berdasarkan pengalaman dan atau penemuan yang diperoleh sambil bekerja ( learning by doing dan discovery learning );
  4. Materi, metoda dan waktu pembelajaran disesuaikan dengan kebutuhan dan aspirasi pelaku utama dan pelaku usaha (laki-laki dan perempuan) dan peran yang dimainkan oleh masing-masing dalam kegiatan usahanya;
  5. Proses belajar menggunakan teknik partisipatif dengan melibatkan seluruh unsur masyarakat, khususnya mereka yang termasuk kelompok terpinggirkan ( disadvantaged group ), yaitu keluarga miskin dan kaum perempuan.

Prinsip-Prinsip Dasar Pelaksanaan FMA

  1. Partisipatif : kegiatan penyuluhan pertanian harus melibatkan pelaku utama dan pelaku usaha untuk berperan secara aktif dalam setiap pengambilan keputusan dan pelaksanaan kegiatan penyuluhan pertanian, termasuk kelompok terpinggirkan (disadvantaged groups) yaitu keluarga miskin dan perempuan. Partisipasi akan berkembang dalam berbagai cara sesuai keadaan spesifik lokasi, dan pelibatan sejak proses perencanaan akan menumbuhkan perasaan memiliki dan jaminan keberlanjutan program;
  2. Demokratis : setiap keputusan dibuat melalui musyawarah atau kesepakatan sebagian besar pelaku utama dan pelaku usaha untuk menjamin dukungan yang berkelanjutan dan rasa memiliki dari masyarakat. Seluruh kegiatan FMA, dari perencanaan, pelaksanaan sampai evaluasi dilaksanakan dengan prinsip “dari petani ke petani dan untuk petani”;
  3. Desentralisasi : kegiatan penyuluhan pertanian direncanakan dan dilaksanakan berdasar­kan kebutuhan pelaku utama dan pelaku usaha (laki-laki dan perempuan, untuk memperbaiki dan mengembangkan usaha taninya dan meningkatkan rasa memiliki terhadap pelaksanaan dan hasil-hasil dari kegiatan penyuluhan;
  4. Keterbukaan : manajemen dan administrasi peng­gunaan dana FMA harus diketahui dan diumumkan ke masyarakat baik di tingkat desa, kabupaten dan provinsi;
  5. Akuntabilitas : pelaksanaan kegiatan dan pengelolaan dana untuk penyuluhan pertanian harus dilaporkan dan dipertanggung ­jawabkan kepada seluruh anggota organisasi petani yang terlibat;
  6. Sensitif Gender : kegiatan penyuluhan pertanian ditetapkan dalam rembugtani yang dihadiri oleh pelaku utama dan pelaku usaha, baik laki-laki maupun perempuan termasuk mereka berasal dari kelompok yang terpinggirkan. Kegiatan penyuluhan pertanian ini memberi manfaat kepada pelaku utama dan pelaku usaha, baik laki-laki maupun perempuan secara proporsional dan tepat sasaran;
  7. Kemandirian : pelaku utama dan pelaku usaha, keluarga dan masyarakat tani, serta seluruh anggota organisasi petani (laki-laki dan perempuan) memiliki kesempatan dan kemampu­an untuk mengembangkan usahatani yang menguntungkan dan berkelanjutan tanpa harus bergantung kepada pemerintah.

Ruang Lingkup dan Materi

Ruang lingkup kegiatan FMA :

  1. Kegiatan pembelajaran dalam rangka meningkatkan kapasitas pelaku utama dan pelaku usaha untuk mengelola kegiatan penyuluhan yang dan berkelanjutan;
  2. Substansi/materi belajar FMA desa meliputi materi teknis budidaya, panen, pasca panen, pengolahan hasil, dan pemasaran komoditas pertanian, peternakan dan perikanan yang membawa inovasi strategis dan spesifik lokasi untuk meningkatkan pendapatan pelaku utama dan pelaku usaha, disamping materi yang bersifat meningkatkan keterampilan manajemen dan kepemimpinan;
  3. Substansi/materi belajar FMA Kabupaten dan Provinsi bersifat lebih spesifik guna memenuhi spesifikasi produk berbasis pada permintaan pasar, sehingga memiliki nilai jual yang tinggi, termasuk manajemen berbasis mutu.

Metode pelaksanaan FMA disesuaikan dengan kebutuhan dan aspirasi pelaku utama dan pelaku usaha, antara lain : pelatihan, penyediaan tenaga teknis/narasumber, studi banding, temu teknologi, demplot, demfarm (termasuk demonstrasi cara dan hasil, serta hari lapang petani), magang, sekolah lapangan petani, pengembangan media petani dan penyebarluasannya, temu usaha, lokakarya lapangan, temu karya, temu lapang, pengembangan jejaring kemitraan usaha dan informasi, dokumentasi kegiatan petani, monitoring dan evaluasi partisipatif.

Indikator Pelaksanaan dan Keberhasilan FMA

  1. Kegiatan
    • Kepuasan anggota organisasi petani atas metode dan proses pembelajaran perencanaan penyuluhan partisipatif.
    • Kepuasan anggota organisasi petani atas metode dan proses belajar untuk meningkatkan kemampuan dalam pengembangan agribisnis.
    • Kepuasan petani atas pelayanan kelembagaan penyuluhan kabupaten/ provinsi.
  2. Hasil
    • Proposal yang diajukan oleh organisasi petani sesuai dengan programa penyuluhan kabupaten / provinsi yang mengakomodasikan kepentingan organisasi petani yang ada di wilayahnya termasuk proposal khusus untuk perempuan dan keluarga miskin.
    • Jumlah organisasi petani/asosiasi/korporasi baru yang berfungsi dengan baik.
    • Jumlah organisasi petani/asosiasi/korporasi yang mampu mengembangkan jaringan agribisnis yang lebih luas.
    • Persentase wanita dan pemuda yang ber­partisipasi dalam kegiatan organisasi petani di setiap kabupaten / provinsi.
    • Jumlah dan jenis pembelajaran partisipatif petani yang dilaksanakan organisasi di tingkat kabupaten / provinsi.
  3. Dampak
    • Penerapan teknologi yang sesuai dengan kebutuhan pasar, ramah lingkungan dan Iebih menguntungkan.
    • Peningkatan produktivitas komoditi unggulan dan diversifikasi usaha (horisontal dan vertikal).
    • Peningkatan jaringan kemitraan antar organisasi petani/asosiasi/korporasi.
    • Peningkatan pendapatan keluarga.



FEATI

Tentang Program FEATI

Mulai tahun 2007, Badan Pengembangan SDM Pertanian melaksanakan Program Pemberdayaan Petani melalui Teknologi dan Informasi Pertanian (P3TIP). Kegiatan ini dirancang untuk jangka waktu 5 (lima) tahun yaitu dari tahun 2007 sampai dengan 2011.

Badan Pengembangan SDM Pertanian (BPSDMP) dalam hal ini bertindak sebagai Executing Agency dan didukung oleh Badan Litbang Pertanian cq. Balai Besar Pengembangan Pengkajian Teknologi Pertanian (BBP2TP) dan Pusat Data dan Informasi Pertanian(Pusdatin).

Program ini dirancang untuk mewujudkan sistem penelitian dan penyuluhan pertanian
yang mampu memenuhi kebutuhan petani dalam menghadapi perkembangan ekonomi global.

TUJUAN
Memberdayakan petani dan organisasi petani dalam peningkatan produktivitas, pendapatan dan kesejahteraan petani melalui peningkatan aksesibilitas terhadap informasi, teknologi, modal dan sarana produksi, pengembangan agribisnis dan kemitraan usaha.

SASARAN

  • Petani yang telah tergabung dalam kelompok tani (poktan);
  • Gabungan Kelompok Tani (gapoktan);
  • Asosiasi dan korporasi petani.

RUANG LINGKUP

  • Pengembangan kelembagaan penyuluhan;
  • Pengembangan kelembagaan petani;
  • Penguatan ketenagaan penyuluhan;
  • Perbaikan sistem dan metode penyuluhan;
  • Perbaikan penyelenggaraan penyuluhan;
  • Penguatan dukungan teknologi pada usaha tani/agribisnis di tingkat petani;
  • Perbaikan pelayanan teknologi dan informasi pertania

Komponen Program FEATI

Untuk mencapai tujuan program, kegiatan P3TIP dikelompokkan dalam 5 komponen yaitu:

Komponen A : Penguatan sistem penyuluhan yang sesuai dengan kebutuhan petani.

  1. Bantuan teknis untuk kegiatan penyuluhan di desa yang dikelola oleh organisasi petani (Farmers Managed Extension Activities/ FMA);
  2. Penyediaan dana hibah FMA untuk mendukung pelaksanaan kegiatan penyuluhan yang dikelola petani di 3.230 desa, 71 kabupaten dan 18 provinsi;
  3. Penguatan organisasi petani khususnya kelompok tani dan gabungan kelompok tani.

Komponen B : Penguatan Kelembagaan dan Kemampuan Petugas.

  1. Pengembangan sumber daya manusia penyuluhan di tingkat kabupaten dan provinsi;
  2. Perbaikan fasilitas dan pelayanan penyuluhan di Balai Penyuluhan (baru 598, rehab 284);
  3. Penguatan Manajemen Pembelajaran di 9 Balai Besar Diklat dan 6 Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian (STPP).

Komponen C (BBP2TP) : Peningkatan Kapasitas Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Dalam Pengkajian Dan Diseminasi Teknologi Pertanian.

  1. Penguatan kelembagaan BBP2TP dan BPTP;
  2. Penguatan koordinasi dan manajemen bagi BBP2TP dan BPTP.
  3. Penguatan hubungan keterkaitan dan jaringan kerja yang melembaga antara penelitian-penyuluhan-pelaku utama/pelaku usaha;

Komponen D (Pusdatin) : Perbaikan Pelayanan Informasi Dan Teknologi Untuk Petani.

  1. Peningkatan kapasitas Departemen Pertanian dalam mengembangkan dan mendukung komunikasi petani berbasis komputer (e-Petani) termasuk penyediaan muatan informasinya, sesuai kebutuhan petani;
  2. Pengembangan sistem jaringan informasi dengan aplikasi Information Communication Technology (ICT);
  3. Pelatihan dan sosialisasi e-Petani;
  4. Penyediaan fasilitas perangkat keras (jaringan komputer, telepon, dll) untuk mendukung e-Petani;
  5. Dukungan manajemen bagi Pusat Data dan Informasi Pertanian (Pusdatin).

Komponen E (BPSDMP) : Penguatan Dan Perbaikan Dukungan Kebijakan Dan Manajemen Pusat.

  1. Sosialisasi UU No.16/2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (SP3K) serta review perda di bidang penyuluhan pertanian;
  2. Penyediaan dukungan pelatihan manajemen;
  3. Penyediaan konsultan; dan
  4. Dukungan manajemen.